Selasa, 28 September 2010

DOA UNTUK IBU

Lirik Lagu Doa Untuk Ibu Ungu Band Terbaru

Ungu yang tahun kemarin telah mengeluarkan album religi yang bisa dikatakan laris manis dipasaran musik Indonesia. Kali ini Ungu dengan single lagu terbarunya Doa Untuk Ibu akan kembali meramaikan kancah musik Indonesia saat puasa ramadhan. Lagu Doa Untuk Ibu memang dibuat khusus untuk dinyanyikan disaat bulan ramadhan, karena lagi ini tergolong lagu relegi.

free download lagu religi ungu terbar dan koleksi wallpaper ungu band terbaru
Lirik Lagu Ungu Band – Doa Untuk Ibu

Kau memberikanku hidup
Kau memberikanku kasih sayang
Tulusnya cintamu, putihnya kasihmu
Takkan pernah terbalaskan

Hangat dalam dekapanmu
Memberikan aku kedamaian
Eratnya pelukmu, nikmatnya belaimu
Takkan pernah terlupakan

Oh ibu terima kasih
Untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulus cintamu takkan mampu
Untuk terbalaskan

Oh ibu semoga Tuhan
Memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu kan abadi
Dalam hidupku
http://jurug.blogspot.com/
Oh ibu terima kasih
Untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulus cintamu takkan mampu
Untuk terbalaskan

Oh ibu semoga Tuhan
Memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu takkan mampu
Untuk terbalaskan

Oooh putih kasihmu ‘kan abadi
Dalam hidupku
 
 
 
 
 

DOA UNTUK IBU

Rabu, 01 September 2010

Lebah Madu

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl, 16:68-69)
sumber makanan lebah adalah sari madu bunga (nektar), yang tidak dijumpai pada musim dingin. Oleh karena itulah, lebah mencampur nektar yang mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang dikeluarkan tubuh mereka. Campuran ini menghasilkan zat bergizi yang baru -yaitu madu- dan menyimpannya untuk musim dingin mendatang.
Sungguh menarik untuk dicermati bahwa lebah menyimpan madu jauh lebih banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Pertanyaan pertama yang muncul pada benak kita adalah: mengapa lebah tidak menghentikan pembuatan dalam jumlah berlebih ini, yang tampaknya hanya membuang-buang waktu dan tenaga? Jawaban untuk pertanyaan ini tersembunyi dalam kata “wahyu [ilham]” yang telah diberikan kepada lebah, seperti disebutkan dalam ayat tadi.
Lebah menghasilkan madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri untuk melayani manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya sebutir setiap hari kendatipun tidak membutuhkannya dan sapi yang menghasilkan susu jauh melebihi kebutuhan anak-anaknya.
Pengaturan Yang Luar Biasa Dalam Sarang Lebah
Kehidupan lebah di sarang dan pembuatan madunya sangatlah menakjubkan. Tanpa membahas terlalu terperinci, marilah kita amati ciri-ciri utama “kehidupan masyarakat” lebah. Lebah harus melaksanakan banyak “tugas” dan mereka mengatur semua ini dengan pengaturan yang luar biasa.
Rancangan segienam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang, yakni lilin, dalam jumlah paling sedikit. Lebah hanyalah serangga berukuran 1-2 cm dan ia melakukan perhitungan itu dengan apa yang telah diilhamkan Tuhannya.
Pengaturan kelembapan dan pertukaran udara: Kelembapan sarang, yang membuat madu memiliki tingkat keawetan yang tinggi, harus dijaga pada batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah batas ini, madu akan rusak serta kehilangan keawetan dan gizinya. Begitu juga, suhu sarang haruslah 35 derajat celcius selama sepuluh bulan pada tahun tersebut. Untuk menjaga suhu dan kelembapan sarang ini pada batas tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga pertukaran udara.
Jika hari panas, terlihat lebah sedang mengatur pertukaran udara di dalam sarang. Jalan masuk sarang dipenuhi lebah. Sambil menempel pada kayu, mereka mengipasi sarang dengan sayap. Dalam sarang yang baku, udara yang masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah pengatur pertukaran udara yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang.
Perangkat pertukaran udara ini juga bermanfaat melindungi sarang dari asap dan pencemaran udara.
Penataan kesehatan: Upaya lebah untuk menjaga mutu madu tidak terbatas hanya pada pengaturan kelembapan dan panas. Di dalam sarang terdapat jaringan pemeliharaan kesehatan yang sempurna untuk mengendalikan segala peristiwa yang mungkin menimbulkan berkembangnya bakteri. Tujuan utama penataan ini adalah menghilangkan zat-zat yang mungkin menimbulkan bakteri. Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki sarang. Untuk itu, dua penjaga selalu ditempatkan pada pintu sarang. Jika suatu zat asing atau serangga memasuki sarang walau sudah ada tindakan pencegahan ini, semua lebah bertindak untuk mengusirnya dari sarang.
Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangatlah menakjubkan. Lebah melakukan banyak “pekerjaan” dan mereka berhasil melakukannya dengan baik melalui pengaturan (pengorganisasian) yang luar biasa.

Aman dari Fitnah

Tentu kita sepakat kalau setiap muslimah itu diwajibkan untuk mengenakan jilbab yang benar. Ini ukan soal model atau gaya, tetapi ini masalah syariat yang sudah di gariskan 14 abad silam bag kaum hawa.soba deh kamu lihat  al-Qur’an surat al ahzab ayat 59.benarkan? So, kamu juga harus memperhatikan masalah kerapihan, keindahan dan kenyamanan jilbab ketika dipakai. Jangan sampai kamu tersiksa karena rambut gatal akibat jilbab tak terawatdengan baik. Terus gimana nih supaya jilbabnya enak dipakai dan nggak malu ketika bertemu dengan muslimah lainnya?
Nyaman di Kepala
Key, ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menjaga jilbab jilbab kesayangan kamu nuiiihhh….!!!!
Beberapa tips di antaranya :
Tangan lembut untuk jilbabmu
Jangan biasakan cuci jilbabmu dengan menggunakan mesin cuci. Kalau kamu ngotot pakai mesin cuci dikhawatirkan Dacron pada kain jilbab akan menjadi rusak.paling aman, cucilah jilbab dengan tanganmu sendiri. Tapi inget jangan gunakan sikat kain karena juga akan merusak serat kain.
Dalam jadi luar dan luar jadi dalam
Saat menjemur  jilbab, usahakan agar posisi bagian dalam jilbab berada diluar.hal ini penting agar warna jilbab gak jadi pudar.gak mau kan? Untuk hasil yang lebih optimal, pilih tempat yang teduh untuk menjemur atau dengan kata lain hindarilah panas matahari langsung.
Jangan terlalu panas
Jilbab itu juga punya sifat seperti manusia, ia tidak suka jika disetrika panas karena suhu bikin lapisan lapisannya jadi rusak. So, taatilah petunjuk penyetrika dengan benar. Jangan asal panas yaaa….
“ Dalaman” itu lebih baik
Selain merawat, kamu harus memperhatikan cara pemakaian jilbab donk..nah, bila jilbab kamu tambah nyaman maka kenakanlah dalaman.kenapa?salah satu manfaatnya asalah agar rambut kamu tidak keluar dari medan jilbab. Kalau nanti rambut mu kelihatan, jadi masalah kan?

Nggak mau kan, jilbab hitam jadi kucem gara-gara salah jemur ?
Itu dulu yah tips merawat dan memakai jilbabnya. Ko Cuma dikit? Insya Allah meskipun sedikit akan tetap banyak membantu agar kamu bisa tampil trendy. Terakhir, yuk tunjukan kalau wanita muslimah memiliki izzah ( kemuliaan ) dengan jilbab yang benar..!!

“ Fitnah dan Gibah”

  1. Pengertian Fitnah.
Fitnah adalah suatu sipat yang tercela , suatu usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik seseorang, sehingga orang yang tidak mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar. Sehingga opini masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah tersebut. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan .
Allah berfirman pada surat AL-Baqarah ayat 192-193
Artinya:”Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”( QS Al Baqarah : 192-193 )

Perhatikan Firman Allah SWT :
“Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah : 191)
Luka yang ditimbulkan oleh tajamnya pedang, mungkin masih bisa diobati. Tetapi luka yang ditimbulkan oleh tajamnya lisan (omongan, kata-kata) susah sekali dicari penawarnya. Itulah mengapa fitnah dikatakan lebih kejam dari pembunuhan. Saudaraku, seorang penyair Arab dalam sebuah syairnya mengatakan :
“Luka tombak ada obatnya. Luka lidah penawarnya tiada.”
Sementara dampak yang ditimbulkan oleh fitnah selalu negatif, tidak pernah ada yang positif. Karena itulah fitnah dikatakan berbahaya.

Adapun bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh fitnah antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan kesengsaraan, baik bagi si pemfitnah maupun bagi yang di fitnah.
b. Menimbulkan keresahan ditengah masyarakat
c. Merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan
d. Mencelakakan orang lain
e. Merugikan orang lain dan diri sendiri
f. Masuk Neraka (mendapat siksa)
g. Diancam tidak masuk Syurga, sebagaimana Hadist Nabi SAW tersebut ini :

Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan masuk Syurga orang yang suka adu domba (memfitnah).”(HR. Bukhari)
Lantas bagaimana cara menghindari penyakit fitnah itu ?
Untuk menghindari penyakit fitnah itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap masalah
b. Jangan membuka rahasia (aib) orang lain
c. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia
d. Mengamalkan ajaran agama
e. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup atas segala pemberian Allah.
f. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan duniawi yang tidak bersih dan lain-lain
g. Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran informasi.


Saudaraku, beralih kita kepada masalah buruk sangka. Buruk sangka di dalam bahasa Arab disebut Su’uzhan, artinya prasangka-prasangka buruk atau menyangka buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya dan juga berprasangka buruk serta curiga kepada orang lain tanpa alasan.
Kita perhatikan Firman Allah SWT yang termasuk di dalam kitab suci Al-Qur’an :
Dan ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang dihatinya ada penyakit berkata : “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita, melainkan tipuan.” (QS. Al-Ahzab : 12)
• Dan di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Ayat pertama menjelaskan kepada kita bahwa orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit hati itu menganggap bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan apa-apa kepada manusia. Inilah yang dinamakan su’uzhan kepada Allah dan Rasul-Nya. Termasuk su’uzhan kepada Allah adalah kita menganggap Allah tidak mengabulkan do’a kita, Allah menciptakan kita dalam kondisi yang jelek dan lain-lain. Di dalam ayat kedua di atas ada 3 (tiga) perbuatan yang harus dihindari oleh orang-orang yang beriman. Ketiga hal tersebut adalah :

a. Berprasangka buruk
b. Memata-matai orang (mencari-cari kesalahan orang lain)
c. Menggunjing orang lain

Buruk sangka adalah dosa, karena ia adalah tuduhan yang tidak beralasan dan bisa memutuskan silaturahmi di antara dua orang yang berbaik. Bagaimanakah perasaan orang yang tidak mencuri, kemudian disangka bahwa dia mencuri, sehingga semua orang bersikap lain kepada dirinya ? Rasulullah SAW sangat melarang orang berburuk sangka.
• Perhatikan Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Sekali-kali janganlah kamu berburuk sangka, karena sungguh buruk sangka itu adalah perkataan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mengintai-intai dan janganlah kamu saling berebut dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling membelakangi dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari, Muslim dan Daud)
Kita sering mendengar istilah “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”. Namun rupanya tidak banyak yang tahu darimana istilah ini berasal, dan apa makna sebenarnya dari kalimat tersebut
Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai tuduhan suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Tapi apakah makna ‘fitnah’ yang dimaksud di dalam Al Qur’an itu seperti yang disebutkan itu? Mari kita telaah.
Di dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh (2) ayat 191 tercantum kalimat “Wal fitnatu asyaddu minal qotli….” yang artinya “Dan fitnah itu lebih sangat (dosanya) daripada pembunuhan..”. Imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Imam Abul ‘Aliyah, Mujahid, Said bin Jubair, Ikrimah, Al Hasan, Qotadah, Ad Dhohak, dan Rabi’ ibn Anas mengartikan “Fitnah” ini dengan makna “Syirik”. Jadi Syirik itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan.
Ayat tersebut turun berkaitan dengan haramnya membunuh di Masjidil Haram, namun hal tersebut diijinkan bagi Rasulullah saw manakala beliau memerangi kemusyrikan yang ada di sana. Sebagaimana diketahui, di Baitullah saat Rasulullah saw diutus terdapat ratusan berhala besar dan kecil. Rasulullah diutus untuk menghancurkan semuanya itu. Puncaknya adalah saat Fathu Makkah, dimana Rasulullah saw mengerahkan seluruh pasukan muslimin untuk memerangi orang-orang musyrik yang ada di Makkah.
Kemudian juga di surat Al Baqoroh (2) ayat 217, disebutkan “Wal fitnatu akbaru minal qotli…” yang artinya “Fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan..”. Ayat ini turun ketika ada seorang musyrik yang dibunuh oleh muslimin di bulan haram, yakni Rajab. Muslimin menyangka saat itu masih bulan Jumadil Akhir. Sebagaimana diketahui, adalah haram atau dilarang seseorang itu membunuh dan berperang di bulan haram, yakni bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Melihat salah seorang kawan mereka dibunuh, kaum musyrikin memprotes dan mendakwakan bahwa Muhammad telah menodai bulan haram. Maka turunlah ayat yang menjelaskan bahwa kemusyrikan dan kekafiran penduduk Makkah yang menyebabkan mereka mengusir muslimin dan menghalangi muslimin untuk beribadah di Baitullah itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.
Tak ada satupun ayat di dalam Al Qur’an yang mengartikan kata “fitnah” dengan arti sebagaimana yang dipahami oleh orang Indonesia, yakni menuduhkan satu perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang yang dituduh. Kata ‘fitnah’ di dalam Al Qur’an memang mengandung makna yang beragam sesuai konteks kalimatnya. Ada yang bermakna bala bencana, ujian, cobaan, musibah, kemusyrikan, kekafiran, dan lain sebagainya. Maka memaknai kata ‘fitnah’ haruslah dipahami secara keseluruhan dari latar belakang turunnya ayat dan konteks kalimat , dengan memperhatikan pemahaman ulama tafsir terhadap kata tersebut.
Memaknai kata-kata di dalam Al Qur’an dengan memenggalnya menjadi pengertian yang sepotong-sepotong serta meninggalkan makna keseluruhan ayat, hanya akan menghasilkan pemahaman yang melenceng dan keliru akan isi Kitabullah. Dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang hendak menyalahgunakan Kitabullah demi mengesahkan segala perilakunya. Dan ini juga dilakukan oleh orang-orang yang hendak menyelewengkan makna Al Qur’an dari pengertian yang sebenarnya.
Salah satu karunia Allah yang paling agung adalah nikmat lisan dan berbicara. Namun kadang saja seseorang mengufurinya dengan berani melanggar ketentuan-ketentuan syariatNya, misalnya dengan melakukan ghibah atau menggunjing saudaranya. Padahal pemicu putusnya ikatan tali ukhuwah dan timbulnya percekcokan bahkan permusuhan antara sesama kaum muslimin kerap terjadi akibat ghibah, sehingga tidak diragukan lagi bahwa perbuatan ini hukumnya adalah haram berdasarkan Al Kitab dan As Sunnah serta ijma’ para ulama.
Allah Jalla Jalalahu berfirman (artinya):
Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seseorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al Hujurat : 12)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيهِ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ حَتَّى يَفْضَحَهُ فِي بَيْتِهِ
Wahai orang yang mengucapkan iman dengan lisannya namun iman tersebut belum masuk di dalm hatinya, janganlah kalian membuka aurat mereka, sebab siapa saja yang membuka aib saudaranya muslim maka Allah akan membuka aibnya, dan barangsiapa yang aibnya telah dibuka oleh Allah maka Allah pasti akan menampakkannya meskipun tersembunyi di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)
“ GHIBAH ”
Pengertian Ghibah
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Ghibah adalah engkau membicarakan saudaramu tentang suatu hal yang ia tidak senangi jika mendengarkannya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ Tahukah kalian ghibah itu? Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu. Maka beliau bersabda, “Ghibah yaitu engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Kemudian ditanyakan, “bagaimana pendapat Anda jika apa yang saya ucapkan memang benar adanya? Nabi menjawab, “Jika apa yang engkau katakan memang benar adanya maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, dan jika apa yang kamu katakan tidak benar aanya maka berarti kamu telah menuduhnya dengan berdusta atasnya” (HR. Muslim).
Bentuk-bentuk Ghibah
Ghibah terbagi menjadi berbagai bentuk yang berbeda-beda, diantaranya yaitu menyebutkan kekurangan dan kejelekan seseorang baik mengenai bentuk tubuhnya misalnya dengan berkata bahwa perawakannya pendek, kulitnya hitam, matanya sipit, atau mengenai akhlaknya , misalnya dengan berkata ia seorang pemarah, mudah tersinggung dan pelit, atau mengenai nasabnya misalnya dengan berkata keturunannya lemah dan berpenyakit. Demikian pula terkadang seseorang menjelek-jelekkan saudaranya dengan cara memujinya namun tujuan sebenarnya adalah untuk mengunjingnya misalnya ia berkata alangkah pandainya si fulan padahal ia adalah orang yang tidak pandai. Termasuk juga bentuk ghibah jika mengikuti gaya atau tingkah laku seseorang misalnya dengan meniru cara jalannya dengan tujuan melecehkannya. Dan ghibah yang paling berbahaya jika bercampur dengan riya’ misalnya dia berkata segala puji bagi Allah yang tidak memberikan ujian kepada kita seperti si fulan yang sekarang ini nampak lesu beribadah. Maka jadilah ia seorang yang mengumpulkan banyak kejelekan yaitu ghibah, riya dan menganggap dirinya suci.
Ghibah tidak saja hanya terbatas pada gunjingan yang diucapkan lewat lisan, akan tetapi termasuk juga dengan isyarat, tulisan, gerakan dan segala sesuatu yang bisa dipahami maksudnya maka semuanya masuk kategori ghibah. Dari Aisyah berkata : “Masuk ke rumah kami seorang wanita, tatkala ia telah pergi aku berisyarat dengan tanganku (untuk menunjukkan) bahwa ia seorang wanita yang pendek maka Nabi bersabda : Engkau telah melakukan ghibah”. (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Sebab-sebab Timbulnya Ghibah
Ada beberapa sebab yang bisa memicu seseorang untuk melakukan ghibah, diantaranya adalah:
1. Timbulnya amarah karena merasa tersinggung atau haknya dirampas, maka untuk mencairkan amarahnya, ia pun melakukan ghibah.
2. Keinginan untuk mengangkat diri sendiri dan menjatuhkan saudaranya, misalnya ia berkata: ‘si fulan itu bodoh, pemahamannya dangkal’, dengan tujuan agar orang lain simpatik kepadanya dan meninggalkan saudaranya.
3. Bersenda gurau dengan lelucon-lelucon, anekdot atau lawakan yang membicarakan perihal seseorang untuk membuat orang-orang tertawa dan bahkan sebagian dari mereka mejadikan hal ini sebagai profesi dan mata pencahariannya, wal’iyadzu billah.
4. Timbulnya hasad karena orang-orang senantiasa memujinya dan mencintainya, maka ia pun menjelekkan orang tadi agar nikmat itu hilang darinya.
5. Berburuk sangka terhadap saudaranya, maka tanpa disadari ia pun telah menggunjingnya dan mejelek-jelekkannya.
6. Tidak adanya perasaan takut kepada Allah dan adzabNya sehingga dengan sengaja ia pun melakukan ghibah.
Ghibah yang Dibolehkan
Walaupun pada asalnya ghibah itu dilarang akan tetapi ada beberapa keadaan tertentu, syariat kemudian memberikan rukhsoh /keringanan untuk melakukannya, diantaranya yaitu:
1. Merasa terzhalimi oleh seseorang, maka tidak mengapa baginya mengadukan kejahatannya kepada penguasa atau pihak-pihak yang berwenang. Ia boleh mengatakan bahwa ‘si fulan telah menzalimiku dengan berbuat begini dan begitu’.
2. Meminta fatwa, seperti ucapan seseorang kepada mufti ‘si fulan telah menzalimiku lalu bagaimana aku dapat berlepas diri dari kejahatannya’. Alangkah baiknya jika tidak menyebut nama dan identitasnya namun seandainya mesti disebutkan karena adanya maslahat, maka hal itu dibolehkan sebagaimana hadits Hindun tatkala berkata di hadapan Nabi, “sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang kikir”, sementara Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mengingkari ucapannya.
3. Memperingatkan kaum muslimin dari perkara-perkara buruk, seperti munculnya fatwa-fatwa dari ahli
bid’ah sehinggga dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang lebih luas. Maka tidak mengapa menyebutkan keburukan-keburukannya itu, namun tidak diperbolehkan membicarakan aibnya yang lain, kecuali ada sebab-sebab tertentu yang membolehkannya. Begitupula misalnya jika seseorang dimintai pendapatnya di dalam memilih pasangan hidup, maka ia boleh memberitahukan keadaan orang yang hendak dinikahinya secara riil, tapi bukan karena hendak menggunjingnya. Fatimah binti Qais pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menanyakan tentang perihal Abu Jahm bin Hudzaifah dan Muawiyah bin Abi Sufyan ketika keduanya datang melamarnya, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ لَا يَرْفَعُ عَصَاهُ عَنْ النِّسَاءِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لَا مَالَ لَهُ وَلَكِنْ انْكِحِي أُسَامَةَ
Adapun abu Jahm, ia adalah orang yang tidak mengangkat tongkatnya dari wanita sedangkan Muawiyah adalah seorang miskin tidak memiliki harta akan tetapi pilihlah Usamah” (HR. Tirmidzi)
4. Mengidentifikasi seseorang apabila ia terkenal dengan julukan tertentu seperti si buta, pincang dan tuli tetapi bukan dimaksudkan untuk merendahkannya.
5. Orang yang terang-terangan melakukan perbuatan dosa seperti meminum khamar dan berjudi secara terang-terangan maka boleh menyebutkan kemungkarannya itu, tetapi tidak boleh membicarakan aibnya yang lain.
6. Di dalam ilmu jarh wat ta’dil boleh seorang alim menyebutkan cacat seorang perawi hadits seperti dengan berkata ‘si fulan adalah seorang pendusta, pemalsu hadits, jelek hapalannya’ dan sebagainya.
Bertaubat dari Ghibah
Para ulama telah bersepakat bahwa pelaku ghibah wajib bertaubat dengan meninggalkan perbuatannya sepenuhnya, menyesal dan bertekad untuk tidak lagi mengulanginya, sebab ia telah melakukan dua pelanggaran :
1. Pelanggaran terhadap hak-hak Allah dengan melakukan laranganNya.
2. Pelanggaran terhadap hak-hak makhluk dengan merendahkan kehormatan saudaranya.
Namun mereka (para ulama) berbeda pendapat apakah ia harus datang mengemukakan kesalahannya dan minta agar dihalalkan (dimaafkan) atau tidak perlu?. Tetapi pendapat yang kuat -Insya Allah- yaitu jika orang yang digunjing belum sempat mengetahui atau mendengarnya , maka cukuplah pelakunya memohonkan ampun baginya dan menyebut-nyebut kebaikannya di depan orang banyak, ia tidak perlu menperdengarkan ghibah yang dilimpahkan kepadanya sebab hal itub dapat mengecewakannya. Imam Mujahid berkata :
Kaffarat (tebusan) tindakanmu yang memakan daging saudaramu ialah dengan cara memuji dirinya dan mendoakan kebaikan baginya. Begitu pula jika orang tersebut sudah meninggal dunia”.
Namun apabila berita itu telah sampai ke telinganya maka wajib baginya untuk mendatanginya dan meminta maaf. Wallahu ta’ala A’lam.
Oleh karenanya merupakan keutamaan yang sangat besar ketika seorang mukmin senantiasa dapat menjaga lisannya dan tidak menggunjing saudaranya muslim. Diriwayatkan dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu beliau bertanya kepada Nabi, Wahai Rasulullah, orang muslim manakah yang paling utama? Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Yakni orang yang saudaranya muslim lainnya selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya. (HR. Muslim).
Perlu juga disadari bahwa segala perbuatan dan amalan baik atau buruk, tidak pernah lepas dari pengawasan Allah dan sekecil apapun ia, pasti akan diperlihatkan balasannya.Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (artinya) :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” (Al Israa : 36).
Demikian pula halnya dengan lisan, sehingga tidak ada satu kalimat atau kata bahkan huruf sekalipun yang diucapkan olehnya kecuali pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak pada hari pembalasan. Sehingga barang siapa dapat menjamin atas lidahnya maka Allah pun akan menjamin baginya surga. Dan sebaliknya, barang siapa yang lisannya banyak bermaksiat dan larut dalam membicarakan aib saudaranya maka balasannya adalah AdzabNya.
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu ,Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
Barangsiapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, maka aku menjamin untuknya surga” (HR. Bukhari).
Dari Anas Radhiyallahu Anhu , ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda: “Ketika aku dimi’rajkan aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku cakar dan mereka mencakari wajah dan dada mereka sendiri, maka aku bertanya, “siapakah mereka itu wahai Jibril? Maka Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang dulunya memakan daging manusia dan menggunjing kehormatan mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Akhirnya marilah kita mendengarkan penuturan para ulama salaf tentang buruknya perbuatan ghibah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sungguh mengherankan, bahwasanya manusia begitu mudah memelihara dan menjaga diri dari makan haram, berbuat zhalim, zina, mencuri, dan lainnya, namun ia kesulitan memelihara gerakan lisannya. Berapa bayak orang yang bisa memelihara diri dari dosa dan zhalim, namun lisannya mengembara membicarakan aib orang, baik yang masih hidup maupun yang telah mati tanpa memperdulikan apa yang ia ucapkan.” Sufyan bin Hushain berkata, “Aku pernah duduk di sisi Iyas bin Muawiyah, maka lewatlah seorang laki-laki, lalu aku membicarakan (aibnya). Maka Iyas pernah berkata kepadaku, Diamlah kamu! Apakah kamu pernah berperang malawan Romawi? Aku jawab, tidak. Lalu ia bertanya lagi, pernahkah kamu berperang melawan Turki? Aku jawab, tidak. Lalu dia berkata, Romawi selamat darimu, Turki selamat darimu dan saudaramu muslim tidak selamat darimu. Sufyan berkata, Maka setelah itu saya tidak pernah mengulangi hal itu.”
Imam Malik berkata, Aku telah mendapati di negeri ini (Madinah) suatu kaum yang tidak punya aib, namun kemudian mereka membuka aib orang sehingga jadilah mereka manusia yang memiliki aib. Dan aku juga mendapati kaum yang memiliki aib, namun mereka diam (tidak menggunjing)aib orang, sehingga aib mereka pun juga hilang terlupakan.”

Santai tapi Trendy dengan Kaos

Hidup Gaya – Ingin tampil Casual ? tentu saja kaos adalah pilihan pilihan yang paling tepat. Agar penempilan terlihat aktif dan trendy, coba ikuti beberapa kiat berikut ini.
  1. 1. Pilih potongan yang sesuai
Kaos potongan tradisional biasanya lurus, dari bahu ke pinggang. Untuk wanita, potongan ini kurang mendukung penampilan. Selalu periksa garis lengkung di sekitar pinggang. Pilih kaos yang ada pinggangnya.
2. Pilih bahan yang fleksibel
Katun merupakan bahan klasik untuk kaos. Bahan ini di pilih karena alasan mudah di cuci, berpori sehingga pertukaran udara lebih mudah, dan dapat menyerap warna apa saja. Sayangnya, jika bahannya 100% persen katun, kaos jadi gampang berubah bentuk karena katun mudah mulur. Pilih kaos yang bahannya campuran antara katun dan spandex. Spandex akan membuat kaos tetap pada bentuknya semula.
  1. 3. Perhatikan Potongan Leher
Jangan takut untuk bereksperimen dengan berbagai potongan leher. Cari yang yang paling pas dan anda menyukainya. Umumnya V-neck fakan member kesan leher anda tampak lebih panjang. Boatneck akan menonjolkan bentuk tulang bahu, sedangkan potongan leher rendah akan member kesan seksi. Jika anda bingung tak ada salahnya memiliki semua model potongan leher tersebut.
  1. 4. Merawat Kaos
Bagi anda pecinta kaos, mungkin inginnya mengenakan itu-itu saja. Akibatnya, kaos jadi terlalu sering dipakai, yang bisa menyebabkan berubah.anda bisa mencegahnya dengan cara membalik kaos sebelium di cuci

Bahan Berbahaya dalam kosmetik

Bahan Berbahaya dalam Kosmetik. Beberapa bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik di pasaran adalah sebagai berikut:
1. Merkuri merupakan logam berat berbahaya. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dapat menyebabkan berbagai efek seperti perubahan warna kulit yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi dan iritasi kulit. Penggunaan jumlah merkuri yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin. Dalam jangka pendek bisa menyebabkan muntah, kerusakan paru-paru dan kanker.
2. Hydroquinone adalah agen mengurangi larut dalam air dan umumnya digunakan dalam proses (skin pencucian mencetak gambar pigment) Hidroquinon kemampuan untuk menghambat pembentukan melanin (pigmen kulit) membuatnya menjadi bahan kosmetik yang populer, yaitu untuk produk pemutih kulit.Namun, penggunaan Hydroquinone dalam jangka panjang dan dosisi tinggi dapat membuat kulit merah dan terbakar serta kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati.
3. Lauril natrium sulfat (SLS) sering ditemukan dalam produk sabun, campuran sampo, pasta gigi, dan membersihkan tubuh. SLS adalah dapat memicu iritasi. SLS juga mengandung formalin yang bisa memicu alergi, asma, sakit kepala, depresi, pusing, dan nyeri sendi. SLS besar dapat menyebabkan iritasi kulit dan menyebabkan katarak dan mengganggu kesehatan mata anak pada anak-anak.
4. Pewarna Rhodamin adalah pewarna sintetis yang umumnya digunakan sebagai pewarna kertas, tekstil atau tinta. Pigmen ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik. Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.
5. Dye Merah K.3 (CI 15.585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Orange K.1 (CI 12.075) adalah pewarna sintetis yang umumnya digunakan sebagai pewarna kertas, tekstil atau tinta. Ini zat pewarna karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.
6. Paraben Bahan Pengawet. Paraben digunakan terutama di kosmetik, deodoran, dan beberapa produk perawatan kulit lainnya. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan reaksi alergi pada kulit. Penelitian terbaru di Inggris menyebutkan bahwa ada hubungan antara penggunaan paraben dengan meningkatnya insiden kanker payudara pada wanita.  Ada juga disebutkan bahwa paraben konsentrasi sangat tinggi pada 90% kasus kanker payudara dipelajari.
7Propylene Glycol. Ditemukan pada beberapa produk kecantikan, kosmetik dan pembersih wajah. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan pada kulit dan dermatitis kontak. Sebuah studi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati.
8. Isopropyl Alkohol. Alkohol digunakan sebagai pelarut dalam beberapa produk perawatan kulit.. Zat ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan kerusakan pada lapisan kulit asam sehingga bakteri dapat berkembang. Selain itu, alkohol juga dapat menyebabkan penuaan dini.
9. DEA (Diethanolamine), TEA (Triethanolamine) dan MEA (Monoethanolamine). Bahan ini ditemukan dalam bentuk jamak kosmetik dan produk perawatan kulit.Bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan yang diharapkan penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker ginjal dan hati.
10. Mineral minyak. Mineral minyak terbuat dari turunan minyak bumi dan sering digunakan sebagai bahan baku untuk membuat krim tubuh dan kosmetik, Baby oil dibuat dengan 100% minyak mineral. Minyak ini akan melapisi kulit seperti mantel sehingga pengeluaran racun dari kulit menderita. Hal ini akan menyebabkan jerawat dan keluhan kulit lainnya.
11. Polyethylene glycol (PEG). Materi ini digunakan untuk mengentalkan produk kosmetik.. PEG akan mengganggu kelembaban alami kulit yang menyebabkan penuaan dini dan kulit menjadi rentan terhadap bakteri.
12. Retinoat asam / tretinoin / asam retinoic dapat menyebabkan kulit kering, sensasi terbakar, teratogenik (cacat pada janin).
Tips Memilih Kosmetik Kecantikan Alat untuk Perempuan
Isi bahan yang berbahaya bagi produk-produk kecantikan yang tidak harus membuat kita takut untuk menggunakan produk-produk kecantikan yang membantu meningkatkan penampilan perempuan.Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya.Untuk mencegah bahaya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya seperti itu ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, antara lain:
1. Memilih produk yang terdaftar di pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari tanda nomor kode produk.
2. Pilih produk yang diawasi tim medis / dokter. Ada banyak produk dalam pengolahan di bawah pengawasan spesialis, termasuk produk-produk kosmetik yang dibuat di negeri ini.
3. Menggunakan produk kosmetik memerintahkan dokter, terutama dokter yang ahli dalam kulit dan kosmetik.
Oleh karena itu, sebagai seorang wanita dan seorang konsumen kosmetik begitu saja kita mengetahui isi dari materi yang terdapat pada produk kecantikan tersebut sebelum memutuskan untuk membeli produk. Hal ini dilakukan agar kita menghindari zat-zat yang berbahaya dalam produk kecantikan dan tidak boleh tertipu oleh kata ‘alami’ dan ‘organik’ pada produk kemasan. Selektif dalam memilih kosmetik yang aman untuk kulit.

Apakah Anda Berpotensi Menjadi Pemimpin?

Mari sejenak kita merenung sambil mencoba menjawab lima buah pertanyaan yang diajukan oleh Donald A. Laird, seorang psikolog, berikut ini;
1. Apakah Anda mampu menegur tanpa menimbulkan kemarahan?
2. Apakah Anda mampu menolak tanpa mengecilkan arti?
3. Apakah Anda mampu tertawa bersama bila kelucuan itu menyangkut diri Anda sendiri?
4. Apakah Anda mampu memelihara semangat jika menghadapi suatu kegagalan?
5. Apakah Anda mampu tenang jika harus menghadapi situasi darurat?
pertanyaanPertanyaan di atas merupakan cara pengukuran yang sederhana untuk menilai apakah seseorang berpotensi untuk menjadi pemimpin. Apabila jawaban anda adalah “mampu” untuk semua pertanyaan di atas, maka anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Selamat!

Sudahkah Kita Berbakti Pada Orang Tua?

alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)
Arti Penting dan Kedudukan Berbakti Pada Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Alloh Ta’ala berfirman: “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36). Di dalam ayat ini perintah berbakti kepada dua orang tua disandingkan dengan amal yang paling utama yaitu tauhid, maka ini menunjukkan bahwa amal ini pun sangat utama di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Begitu besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at. Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.
Ancaman Durhaka Kepada Orang Tua
Wahai saudaraku, Rosululloh menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Alloh. Dalam hadits Abi Bakrah, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)
Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagaa perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al Imam Al Albani, 2.898)
Alloh pun menegaskan dalam surat Al Isro’ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang apalagi yang lebih dari itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.
Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya? Memang tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh, akan tetapi bagaimana sikap kita dalam menolak itupun harus dengan cara yang baik tidak serampangan. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Alloh tergantung pada ridho kedua orangtua.
(Disadur dari majalah As Sunnah Edisi 11/VII/1425 H/2005)
***
Penulis: Abu Sulaiman Syarif Mustaqim
Artikel www.muslim.or.id

Solat dan Kita

Apabila solat itu sendiri tidak dapat menjadi pencegah maksiat kepada diri kita, maka benarlah Roh solat itu sendiri tidak dapat meresapi diri manusia yang mendirikan solat itu.
Seseorang muslim yang mengerjakan solat kebiasaannya menempuh tahap-tahap berikut :
1. Tahap ilmu:
Seorang muslim setelah mengetahui kewajipan solat, kemudian mempelajarinya dengan telilti melalui ilmu Fiqh iaitu syarat wajibnya, sahnya, rukun-rukunnya, sunat-sunatnya, perkara-perkara yang membatalkannya dan sebagainya. Tetapi ilmu mengenainya tidak memadai sekiranya tidak disertai keyakinan dan amal.
Ertinya ilmu hendaklah diselaraskan dan diselarikan dengan hati, akal dan perbuatan kita dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Apabila Allah memerintahkan kita mendirikan solat dan memberitahu kita bahawa kejayaan itu terletak pada solat, maka akal kita tidak boleh ragu dan was-was. Akal mesti mengakuinya. Tetapi bila akal sudah yakin, itu belum cukup. Kita mesti pergi ke tahap yang kedua.
2. Tahap kedua: Menundukkan hati
Sekiranya akal kita sudah tahu secara keseluruhan tentang kepentingan solat tapi hati kita masih berat untuk mengerjakannya seolah-olah menganggap solat itu tidak penting. Sebab itu tahap kedua ini dinamakan tahap mujahadah. Iaitu bermujahadah supaya apa yang diselaraskan oleh akal dan ilmu itu juga diakui oleh hati.
Kalau hati sudah tunduk, tandanya apa yang kita buat terasa lazat. Kalau tidak rasa lazat, kalau rasa menderita sahaja, terasa berat untuk mengadap Allah, maka hendaklah bermujahadah bersungguh-sungguh sehinggalah sampai ke peringkat ketiga.
3. Tahap ketiga: Menjadi tabiat dan istiqamah
Maknanya solat itu sudah menjadi amalan dalam hidupnya secara istiqamah. Tidak perlu dipaksa-paksa lagi. Sebab itu di dalam Islam, para ibubapa hendaklah mengajar anak-anak solat seawal umur tujuh tahun lagi dan anak-anak tadi boleh dipukul ketika umur sepuluh tahun dan ke atas sekiranya mereka cuai dan meninggalkannya.
Tujuannya supaya solat itu menjadi tabiat dan kebiasaannya sehingga ke akhir hayat. Kemungkinan juga saudara/ri terasa berat untuk mengerjakan solat kerana tidak merasai kebesaran dan keindahan solat itu sendiri. Bila membicarakan soal solat ini, kita tidak boleh menganggap bahawa kita sedang surut ke belakang semula. Sebenarnya tidak, kerana solat adalah perkara yang penting.
Kalau hendak dilihat pada kepentingan solat adalah seperti berikut :
Solat merupakan tiang agama:
Jika iman diibaratkan akar tunjang bagi pokok, solat pula ialah batangnya. Kalau hendak mendirikan sebuah rumah, perlu ada tapak dan tiang-tiang serinya. Rumah tidak akan dapat dibangunkan kalau tidak ada tiang serinya. Begitulah Islam, tidak akan dapat dibangunkan jika solat tidak didirikan. Sebab itu dikatakan, solat adalah tiang agama.
Sesiapa yang mendirikan solat, maka dia telah mendirikan agama. Sesiapa yang meninggalkan solat, maka dia telah meruntuhkan agama. Jadi, sekiranya kita memperumpamakan Islam itu sebagai rumah, maka Islam yang global itu umpama rumah yang serba lengkap. Mempunyai atap,tiang, dinding dan ada segalanya, maka tiang kepada Islam itu adalah solat.
Sekiranya kita hendak membina Islam yang syumul, solat merupakan perkara pertama yang harus kita perkemaskan. Segala kerja kita dalam apa-apa bidang sekalipun sekiranya solat tidak kemas dan dicuaikan, maka kerja-kerja kita itu tidak membuahkan hasil yang baik. Kita sibuk dengan kerja, peranan dan khidmat sedangkan waktu itu kita semakin cuai dengan solat. Ertinya kita tertipu dalam hidup.
Solat merupakan amalan yang mula-mula dihisab di akhirat:
Solat merupakan perkara pertama yang diperiksa di akhirat. Jika solat baik dan sempurna, maka mudahlah pemeriksaan pada amalan-amalan selepasnya. Jika ia baik, baiklah amalan-amalan yang lain. Sebaliknya, jika solat tersangkut, maka tersangkutlah amalan-amalan yang lain.
Daripada Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda yang maksudnya :
“Sesungguhnya yang paling mula-mula dihisab pada seorang hamba di hari Kiamat daripada amalannya ialah solat . Sekiranya solatnya baik, maka dia akan berjaya dan selamat. Sekiranya solatnya rosak, maka dia akan kecewa dan rugi &ldots;..”
(Riwayat At Tirmizi, An Nasaei dan Ibnu Majah ).
Mengandungi ikrar setiap hamba:
Di dalam solat ada ikrar yang dilakukan oleh setiap yang mengerjakannya kepada Allah SWT. Solat yang pertama adalah ikrar yang mula-mula sekali dibuat oleh hamba kepada Tuhannya. Solat yang kedua, ketiga dan seterusnya merupakan ikrar pembaharuan sahaja. Inilah kehebatan solat. Kerana sehari semalam ada 5 kali ikrar yang dibuat sebagai taat setia kepada Tuhan.
Ikrar itu jelas di dalam doa iftitah iaitu ketika mengucapkan :
“Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku untuk Allah Tuhan sekalian alam”
Menggambarkan amalan-amalan para malaikat:
Jumlah malaikat yang terlalu banyak itu beribadah kepada Allah dengan cara mereka yang tersendiri. Ada yang asyik sujud, ada pula yang asyik rukuk dan lain-lain. Para malaikat ini kekal dengan satu-satu amalan itu dengan istiqamah. Yang takbir, takbir sahaja. Begitulah yang bertasbih, asyik bertasbih sahaja. Tetapi dalam solat, manusia telah melakukan berbagai-bagai amalan para malaikat. Di sinilah kehebatan manusia berbanding dengan malaikat. Amalan manusia walaupun tidak sebanyak para malaikat tetapi kepelbagaiannya mengatasi amalan malaikat.
Bermacam-macam bentuk ibadah:
Dilihat dari bacaannya sahaja, bacaan solat terdiri daripada pelbagai bentuk yang mengandungi zikir, selawat, ayat Quran, hadis dan lain-lain. Bacaan Fatihah, adalah ayat Quran. Bacaan tahayyat diambil daripada hadis. Dalam solat juga ada tasbih, tahmid dan doa.
Melibat seluruh anggota lahir dan batin:
Solat melibatkan banyak anggota lahir dan batin manusia. Rukun Qalbi, Qauli dan Fi’li telah melibatkan hati, akal dan anggota badan manusia. Rukun Qauli misalnya, melibatkan lidah dan akal. Lidah menyebutnya, akal memahaminya.